Tradisi Tahun Baru di Korea Utara yang Tidak Biasa

Tradisi Tahun Baru di Korea Utara yang Tidak Biasa

infokorea – Ketika dunia bersuka cita menyambut pergantian tahun dengan kembang api, konser musik, dan hitung mundur yang meriah, ada satu negara yang merayakan Tahun Baru dengan cara yang sama sekali berbeda dari negara lainnya: Korea Utara. Negara yang dikenal dengan sistem politik tertutup ini memiliki tradisi, aturan, dan nuansa perayaan yang unik bahkan terkadang mengejutkan jauh dari hingar bingar perayaan global yang umum dikenal masyarakat dunia.

Dalam artikel ini, kita akan menyelami bagaimana sebenarnya rakyat Korea Utara menyambut Tahun Baru. Apa yang membedakan perayaan mereka dari negara-negara tetangganya seperti Korea Selatan, Cina, atau Jepang? Sejauh mana propaganda negara berperan dalam membentuk atmosfer Tahun Baru? Dan seperti apa kehidupan rakyat biasa saat momen yang semestinya menjadi waktu untuk harapan dan perayaan itu berlangsung?

Dengan kalimat-kalimat yang bervariasi dan mendalam, mari kita telusuri tradisi Tahun Baru Korea Utara yang tidak biasa.

Kalender Juche: Tahun Baru Versi Korea Utara

Satu hal mendasar yang membuat Tahun Baru di Korea Utara berbeda dari negara lain adalah sistem penanggalan yang mereka gunakan. Alih-alih mengikuti kalender Masehi sepenuhnya seperti kebanyakan negara lain, Korea Utara menggunakan kalender Juche, sebuah sistem waktu yang dimulai dari tahun kelahiran Kim Il-sung, sang pendiri negara.

Tahun 2025 Masehi, misalnya, dianggap sebagai tahun Juche 114. Meskipun kalender Masehi masih digunakan di beberapa dokumen resmi internasional, masyarakat Korea Utara didorong untuk menggunakan kalender Juche dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perayaan Tahun Baru di negara ini bukan hanya tentang menyambut tahun baru, tetapi juga memperingati kekuatan ideologi negara.

Tidak Ada Kembang Api di Tengah Kota

Berbeda dari kota-kota besar di dunia seperti New York, Sydney, atau Seoul yang dipenuhi cahaya kembang api saat malam Tahun Baru, di Pyongyang—ibu kota Korea Utara—pesta kembang api bukanlah sesuatu yang umum dilihat rakyat biasa. Terkadang pemerintah memang menyelenggarakan pertunjukan kembang api di tempat-tempat tertentu, tetapi ini sangat terbatas dan lebih bersifat simbolis.

Kembang api di Korea Utara bukanlah bagian dari perayaan rakyat, melainkan pertunjukan untuk memperlihatkan kekuatan negara. Rakyat biasa lebih banyak merayakan di rumah, tanpa pesta besar, tanpa musik keras, dan tanpa hitung mundur tengah malam yang heboh.

Waktu untuk Menghormati Pemimpin, Bukan Diri Sendiri

Jika di banyak negara Tahun Baru dimaknai sebagai waktu refleksi pribadi atau perayaan keluarga, maka di Korea Utara nuansanya sangat berbeda. Tahun Baru lebih berpusat pada penghormatan kepada para pemimpin negara, terutama Kim Il-sung dan Kim Jong-il.

Pada tanggal 1 Januari pagi, sebagian besar warga Korea Utara akan:

  • Mengunjungi Monumen Mansudae untuk memberikan penghormatan di depan patung para pemimpin.

  • Menonton siaran pidato Tahun Baru dari pemimpin tertinggi (yang dulunya selalu dilakukan oleh Kim Jong-un).

  • Meletakkan bunga atau karangan di depan potret Kim Il-sung dan Kim Jong-il di rumah atau kantor.

Tradisi ini sudah mendarah daging dan bukan sekadar kebiasaan, melainkan kewajiban yang tidak tertulis, dan dianggap sebagai bentuk loyalitas serta rasa syukur atas “kepemimpinan besar” negara.

Tidak Ada Libur Panjang

Berbeda dari Korea Selatan yang memiliki hari libur nasional untuk Tahun Baru Imlek maupun Tahun Baru Masehi, Korea Utara tidak secara resmi memberi libur panjang kepada warganya. Bahkan, dalam beberapa dekade terakhir, laporan menyebutkan bahwa rakyat tetap bekerja seperti biasa, kecuali pada tanggal 1 Januari.

Hari Tahun Baru adalah satu dari sedikit hari yang diizinkan untuk berkumpul bersama keluarga, tetapi aktivitasnya tetap dalam batasan. Tidak ada acara bepergian jauh, apalagi liburan luar kota. Transportasi umum pun tetap beroperasi terbatas.

Tahun Baru Imlek Tidak Begitu Diperingati

Meskipun budaya Tiongkok pernah memberikan pengaruh besar terhadap semenanjung Korea, Tahun Baru Imlek (Lunar New Year) tidak dirayakan secara luas di Korea Utara. Hal ini berbeda jauh dengan Korea Selatan yang menjadikan Seollal (Tahun Baru Imlek) sebagai hari libur nasional dengan ritual leluhur dan kumpul keluarga.

Di Korea Utara, fokus perayaan hanya pada tanggal 1 Januari (Tahun Baru Masehi/Juche), dengan sedikit atau bahkan tidak ada ritual tradisional Imlek. Ini adalah bagian dari upaya rezim untuk menciptakan identitas kebudayaan tersendiri yang tidak tergantung pada pengaruh luar.

Menonton Siaran Pidato Tahun Baru

Salah satu momen yang ditunggu-tunggu di Korea Utara pada awal tahun adalah siaran pidato Tahun Baru dari pemimpin tertinggi. Dalam pidato ini, sang pemimpin tidak hanya menyampaikan pesan untuk tahun mendatang, tetapi juga menyampaikan garis besar kebijakan negara, tujuan ekonomi, serta pujian terhadap kekuatan militer dan ideologi Juche.

Pidato ini biasanya ditonton secara kolektif, baik di tempat kerja, sekolah, maupun melalui layar besar di ruang publik. Warga diharapkan menyimak dengan penuh perhatian, bahkan mencatat poin-poin penting untuk dibahas kemudian dalam diskusi ideologis.

Hidangan Tahun Baru: Simbol Kesederhanaan dan Kesatuan

Tidak ada pesta besar dengan daging panggang, seafood mewah, atau hidangan mancanegara. Makanan Tahun Baru di Korea Utara tetap dalam batasan pangan yang tersedia. Beberapa hidangan umum yang sering dikonsumsi saat perayaan adalah:

  • Sup mi gandum atau tepung jagung.

  • Kimchi rumahan.

  • Kue beras kukus (tteok).

  • Ikan kering yang diasinkan.

Di kota besar, keluarga dengan koneksi atau akses ke toko khusus kadang bisa menikmati minuman keras lokal atau daging. Namun untuk sebagian besar rakyat di pedesaan, makanan Tahun Baru tetap sederhana dan kadang-kadang lebih simbolik daripada meriah.

Aktivitas Anak-Anak: Bukan Main Kembang Api, Tapi Parade dan Lagu

Jika anak-anak di negara lain menyambut Tahun Baru dengan petasan, kembang api kecil, atau pesta keluarga, anak-anak di Korea Utara merayakan dengan cara yang jauh lebih disiplin. Mereka sering mengikuti:

  • Parade sekolah dengan membawa bendera negara.

  • Menyanyikan lagu-lagu patriotik untuk pemimpin.

  • Membuat kartu ucapan untuk “Ayah Pemimpin” di sekolah.

Bahkan sejak usia dini, semangat kolektivisme dan loyalitas terhadap negara sudah ditanamkan pada anak-anak lewat aktivitas Tahun Baru yang terstruktur.

Tahun Baru: Waktu yang Sulit untuk Beberapa Kalangan

Meskipun secara resmi pemerintah mempromosikan kebahagiaan dan semangat baru, kenyataan di lapangan sering kali berbeda. Tahun Baru bagi beberapa kalangan rakyat Korea Utara menjadi momen yang sulit, terutama mereka yang berada di wilayah pedesaan atau tidak memiliki koneksi politik.

Pasokan makanan sering tidak mencukupi, dan musim dingin di awal tahun menjadi tantangan berat bagi yang tidak memiliki pemanas memadai. Beberapa laporan dari pembelot bahkan menyebutkan bahwa Tahun Baru bisa terasa “kosong” dan tidak menggembirakan, karena tidak ada ruang bagi ekspresi individual dan perayaan bebas.

Hadiah Tahun Baru? Hanya untuk yang “Berprestasi”

Di Korea Utara, hadiah Tahun Baru tidak dibagikan secara bebas atau atas dasar kasih sayang seperti di negara lain. Biasanya, hanya individu yang menunjukkan “kesetiaan tinggi” kepada negara, atau anak-anak sekolah yang mendapatkan nilai sangat baik dan menunjukkan semangat revolusioner yang tinggi, yang berhak menerima hadiah dari negara.

Hadiah tersebut bisa berupa:

  • Buku propaganda edisi khusus.

  • Mainan sederhana.

  • Seragam sekolah baru.

  • Potret pemimpin dengan bingkai.

Bagi masyarakat biasa, hadiah Tahun Baru hanyalah impian atau kenangan kolektif yang dibentuk melalui propaganda, bukan realitas sehari-hari.

Tidak Ada Countdown dan Musik Pop

Hitung mundur malam Tahun Baru yang ramai dengan musik dan pesta bukanlah bagian dari kehidupan rakyat Korea Utara. Tidak ada acara televisi spesial, tidak ada konser bintang pop, dan tentu saja tidak ada DJ atau artis internasional seperti di Seoul atau Tokyo.

Malam Tahun Baru biasanya sepi, gelap (karena listrik terbatas), dan hanya diisi dengan siaran radio negara yang memutar lagu revolusioner. Untuk sebagian rakyat, hari ini hanyalah pergantian tanggal, bukan momentum personal.

Perayaan yang Terkendali dan Penuh Makna Negara

Secara keseluruhan, tradisi Tahun Baru di Korea Utara bersifat seremonial, politis, dan terkendali. Semua aspek perayaan, mulai dari waktu bangun, makanan yang dikonsumsi, hingga aktivitas publik, diarahkan untuk memupuk rasa nasionalisme dan loyalitas terhadap pemimpin.

Bukan kebahagiaan pribadi atau keluarga yang menjadi fokus, melainkan bagaimana rakyat bisa menjadi bagian dari narasi besar yang ditetapkan negara.

Tahun Baru di Korea Utara—Antara Simbolisme dan Realitas

Tahun Baru di Korea Utara bukanlah pesta kembang api atau malam penuh sukacita, melainkan sebuah perayaan yang sangat dibingkai oleh ideologi. Tradisi mereka yang berbeda ini mencerminkan cara negara menanamkan rasa kebersamaan dan ketaatan, namun juga menyisakan ruang untuk merenung: bagaimana kehidupan rakyat biasa yang tidak memiliki kebebasan untuk merayakan dengan cara yang mereka inginkan?

Meskipun dari luar terlihat tenang dan teratur, banyak hal tersembunyi di balik tirai Korea Utara yang belum bisa benar-benar dipahami dunia luar. Tradisi Tahun Baru mereka adalah salah satu gambaran paling jelas bagaimana ideologi bisa membentuk cara hidup bahkan dalam momen yang semestinya menjadi waktu kebebasan, harapan, dan perayaan.

Fakta Mengejutkan Soal Akses Kesehatan di Korea Utara

Fakta Mengejutkan Soal Akses Kesehatan di Korea Utara

infokorea – Korea Utara, negara tertutup yang kerap menjadi sorotan dunia karena sistem politiknya yang otoriter dan kultus pemimpin yang kuat, menyimpan banyak misteri di berbagai sektor, termasuk kesehatan. Di tengah embargo internasional, keterbatasan informasi, dan sistem pemerintahan yang ekstrem, akses layanan kesehatan di negara ini menjadi topik yang jarang dibahas secara mendalam, namun sangat penting untuk dipahami.

Berbeda dari negara-negara lain yang memiliki transparansi dan kerja sama global dalam urusan medis, Korea Utara menjaga ketat data internalnya. Namun, berbagai laporan dari pembelot, pekerja bantuan kemanusiaan, dan lembaga internasional memberi gambaran mengejutkan tentang bagaimana sistem kesehatan di negara itu benar-benar bekerja.

Klaim Negara vs Realitas Lapangan

Janji Layanan Kesehatan Gratis

Secara resmi, pemerintah Korea Utara mengklaim bahwa warganya mendapat layanan kesehatan universal dan gratis. Sistem ini, menurut propaganda pemerintah, mencakup seluruh lapisan masyarakat dari desa terpencil hingga pusat kota seperti Pyongyang.

Namun, di balik slogan-slogan tersebut, kenyataan di lapangan jauh berbeda. Banyak rumah sakit kekurangan obat-obatan, peralatan medis tidak memadai, dan tenaga medis tidak memiliki pelatihan atau gaji yang layak. Sering kali pasien harus membawa sendiri jarum suntik, perban, atau bahkan lampu senter untuk digunakan saat operasi.

Fasilitas yang Kontras antara Pyongyang dan Wilayah Lain

Kota Pyongyang, ibu kota Korea Utara, menjadi semacam etalase untuk wisatawan asing dan diplomat. Fasilitas kesehatan di sana relatif lebih baik dengan bangunan bersih dan dokter berpakaian rapi namun banyak yang menyebut ini hanya ‘hiasan’. Di luar Pyongyang, situasinya memburuk drastis. Rumah sakit di daerah pedesaan sering kali tak memiliki listrik, air bersih, atau bahkan lantai keramik.

Tenaga Medis: Antara Pengabdian dan Tekanan Politik

Dokter yang Tak Dibayar dengan Uang

Di banyak bagian negara, dokter tidak menerima gaji tetap dalam bentuk uang. Sebaliknya, mereka mungkin diberi kompensasi berupa makanan, kupon, atau barang lain dari pemerintah lokal. Hal ini berdampak pada motivasi dan kualitas layanan.

Laporan menyebutkan bahwa banyak dokter dan perawat terpaksa mengandalkan kerja sampingan atau bahkan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Beberapa juga memungut bayaran secara diam-diam dari pasien, sekalipun sistem resmi melarang praktik semacam itu.

Pelatihan yang Terbatas dan Kurangnya Pembaruan Ilmu

Karena terbatasnya akses informasi dari luar negeri, tenaga medis di Korea Utara tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan modern atau mengakses jurnal ilmiah terbaru. Beberapa rumah sakit bahkan masih menggunakan buku teks kedokteran dari era Soviet tahun 1950-an. Peralatan yang digunakan juga sering kali sudah ketinggalan zaman atau rusak parah.

Kekurangan Obat-obatan: Pasien Harus Beli Sendiri

Pasien Menjadi “Penyedia” Kebutuhan Medis

Meski negara mengklaim menyediakan layanan medis gratis, dalam praktiknya pasien sering kali diminta membawa perlengkapan sendiri. Ini termasuk obat, perban, alkohol medis, jarum suntik, bahkan sarung tangan karet. Tak jarang pasien harus mencari obat ke pasar gelap atau melalui jalur ilegal dari Cina.

Jika pasien tidak mampu membeli peralatan dasar tersebut, mereka mungkin tidak akan dilayani. Hal ini menimbulkan kesenjangan besar antara mereka yang mampu dan tidak mampu secara finansial, sekalipun negara mengklaim menerapkan sistem kesetaraan.

Obat-obatan dari Bantuan Asing Banyak Dialihkan

Selama bertahun-tahun, badan internasional seperti WHO dan Palang Merah telah mengirim bantuan medis ke Korea Utara. Namun, laporan menyebutkan bahwa sebagian besar bantuan tersebut dialihkan ke kalangan elite atau bahkan dijual kembali dengan harga mahal. Hal ini membuat warga biasa tetap tidak mendapat manfaat yang dijanjikan dari bantuan kemanusiaan internasional.

Rumah Sakit yang Kosong, Tapi Penuh Dokumen

Banyak Bangunan Tanpa Fungsi Medis Nyata

Terdapat banyak bangunan rumah sakit dan klinik yang tampak megah dari luar, namun tak berfungsi sebagaimana mestinya. Beberapa bahkan kosong, tidak memiliki pasien, dokter, atau peralatan medis. Struktur ini dibangun lebih sebagai simbol propaganda bahwa negara “peduli” terhadap kesehatan rakyatnya.

Kunjungan medis atau pengecekan rutin bisa saja hanyalah prosedur di atas kertas. Pasien yang diwawancarai oleh LSM mengaku tidak pernah menerima pemeriksaan kesehatan tahunan, meskipun sistem resmi mencatat bahwa mereka telah diperiksa.

Administrasi Berbasis Kepatuhan, Bukan Efektivitas

Segala proses di fasilitas medis harus dilaporkan secara detail kepada pemerintah. Dokter dan kepala rumah sakit lebih fokus memenuhi target administratif dan membuat laporan “sukses” daripada meningkatkan kualitas layanan nyata. Bahkan ada cerita bahwa beberapa rumah sakit dipaksa membuat laporan fiktif demi mempertahankan reputasi.

Akses Kesehatan Bergantung pada Status Sosial

Sistem “Songbun” yang Membatasi Segalanya

Di Korea Utara, setiap warga diklasifikasikan berdasarkan sistem songbun, yaitu sistem kasta sosial politik yang menentukan hak dan peluang hidup. Mereka yang dianggap loyal kepada rezim memiliki akses lebih baik—termasuk dalam hal layanan medis.

Mereka yang berasal dari keluarga “bermasalah” (misalnya, keturunan tahanan politik) sering kali tidak mendapatkan akses ke rumah sakit yang layak. Bahkan jika mereka sakit parah, sangat sedikit dokter yang mau mengambil risiko merawat mereka karena takut dicurigai oleh pihak keamanan negara.

Kesehatan Jadi Alat Kontrol Sosial

Tidak hanya akses pendidikan atau pekerjaan, tetapi kesehatan pun bisa menjadi alat kontrol politik di Korea Utara. Beberapa sumber menyebut bahwa pasien yang terlalu kritis terhadap sistem medis bisa dianggap sebagai pembangkang. Bahkan ada kasus di mana keluarga yang melaporkan kondisi rumah sakit kepada organisasi luar, dikenai hukuman berat.

Kondisi Gizi dan Dampaknya pada Kesehatan Umum

Kelaparan yang Memicu Krisis Gizi Jangka Panjang

Kekurangan makanan kronis menjadi faktor utama yang memburuknya kondisi kesehatan di Korea Utara. Banyak anak-anak lahir dalam keadaan kurang gizi, dan pertumbuhan mereka terganggu secara permanen. Anak yang kekurangan gizi rentan terhadap infeksi, pertumbuhan otak yang tidak optimal, dan gangguan metabolisme.

Laporan dari World Food Programme menyatakan bahwa lebih dari 40% anak-anak Korea Utara mengalami stunting atau pertumbuhan yang tidak sesuai usia. Dalam banyak kasus, tidak ada upaya pengobatan karena ketiadaan fasilitas dan tenaga ahli yang memadai.

Penyakit yang Bisa Dicegah Justru Mematikan

Penyakit seperti TBC, malaria, dan infeksi saluran pernapasan yang seharusnya bisa dicegah dan diobati dengan mudah, justru menjadi penyebab utama kematian di negara ini. Vaksinasi pun tidak merata, terutama di daerah terpencil.

Banyak ibu hamil melahirkan tanpa bantuan medis, dan angka kematian bayi tergolong tinggi. Hal ini sangat kontras dengan negara tetangga seperti Korea Selatan, yang memiliki salah satu sistem kesehatan terbaik di dunia.

Tekanan Pandemi dan Tantangan Modern

COVID-19 dan Keheningan Pemerintah

Korea Utara mengklaim bahwa mereka tidak mencatat satu pun kasus COVID-19 hingga pertengahan 2022. Klaim ini diragukan oleh komunitas internasional, mengingat perbatasan yang tidak sepenuhnya tertutup dan minimnya tes massal.

Ketika varian Omicron menyebar cepat, pemerintah akhirnya mengakui adanya “demam misterius” dan memulai kampanye internal untuk pengobatan tradisional. Dalam beberapa laporan, warga diminta menggunakan obat herbal atau kompres dingin sebagai pengganti vaksin dan antivirus modern.

Ketergantungan pada Medis Tradisional dan Alternatif

Karena keterbatasan obat modern, banyak warga dan tenaga medis di Korea Utara mengandalkan pengobatan tradisional. Teh herbal, akupunktur, dan ramuan tanaman lokal digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit, termasuk yang parah sekalipun.

Walaupun pengobatan alternatif bisa membantu dalam kasus ringan, keandalan metode ini belum teruji untuk penyakit serius seperti kanker, gagal ginjal, atau komplikasi pascaoperasi. Tanpa peralatan modern, harapan hidup banyak pasien sangat rendah.

Harapan dan Upaya Bantuan Internasional

Organisasi Kemanusiaan Berjalan di Atas Tali Tipis

Lembaga seperti WHO, Palang Merah Internasional, dan Médecins Sans Frontières (Doctors Without Borders) beberapa kali berupaya mengakses dan memberikan bantuan ke Korea Utara. Namun, mereka harus tunduk pada pengawasan ketat, tidak boleh menyebar data tanpa persetujuan, dan hanya bisa bekerja di area tertentu.

Bantuan yang berhasil masuk pun sering kali mengalami keterlambatan atau bahkan dialihkan oleh pemerintah untuk kepentingan elit. Ini membuat distribusi tidak merata dan manfaatnya tidak dapat dirasakan secara luas.

Perlu Transparansi dan Kerja Sama Global

Banyak pakar kesehatan global percaya bahwa sistem kesehatan Korea Utara tidak akan membaik tanpa adanya transparansi dan kerja sama lintas batas. Namun selama pemerintah menutup diri dan menjadikan data kesehatan sebagai rahasia negara, perubahan akan sangat lambat, bahkan nyaris mustahil.

Kesehatan dalam Cengkeraman Rezim

Akses kesehatan di Korea Utara bukan sekadar masalah medis, tetapi juga cerminan dari sistem politik dan ekonomi yang tertutup. Di balik narasi negara yang mengklaim memberikan layanan kesehatan universal dan gratis, tersimpan kenyataan menyedihkan: rumah sakit kosong, obat yang tak tersedia, dan pasien yang harus berjuang sendiri demi sembuh.

Dengan sistem yang memprioritaskan propaganda dibanding pelayanan nyata, nasib jutaan warga Korea Utara berada dalam ketidakpastian. Dunia boleh berspekulasi, tapi warga biasa di sana merasakannya langsung—bahwa sakit di Korea Utara bukan hanya soal tubuh, tapi juga tentang sistem yang tak memihak.

Dialog dengan Korut Dijalin Kembali atas Keinginan Presiden Korsel Moon Jae-in

Dialog dengan Korut Dijalin Kembali atas Keinginan Presiden Korsel Moon Jae-in

Dialog dengan Korut Dijalin Kembali atas Keinginan Presiden Korsel Moon Jae-in – untuk mewujudkan perdamaian yang abadi di semenanjung korea Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bertekad.

dikatakan bahwa tahun terakhir dari lima tahun masa jabatan tunggalnya mungkin merupakan suatu peluang terakhir untuk beralih dari perdamaian yang tidak utuh ke arah perdamaian yang tidak dapat diubah lagi.yang diucapkan pada pidato nasional ditayangkan di televisi oleh Presiden Korea tersebut.

ia juga mendukung tentang pendekatan diplomatik yang dilakukan oleh presiden AS yang fleksibel, bertahap dan praktis untuk tercapainya denuklirisasi.

Baca Juga :Peretasan Vaksin Korsel oleh Korut

peninjauan ulang mengenai kebuntuan masalah Korea Utara, yang menurut para pejabat akan bergantung pada langkah-langkah tambahan ke arah membujuk rezim di sana untuk menghentikan program misil balistik dan nuklirnyapun telah diselesaikan oleh Tim Kebijakan Luar Negeri.

yang pada akhirnya Pemimpin korea selatan tersebut melakukan pertemuan puncaknya dengan Biden dengan tujuan memulihkan dialog antara kedua korea serta AS dan Korea Utara. bahkan hal tersebut sudah didukungnya semenjak menjabat sebagai presiden di tahun 2017. yang menghasilkan tiga pertemuan puncak bersejarah antara Kim dan presiden AS ketika itu Donald Trump.

Tetapi langkah itu berakhir setelah pertemuan puncak kedua Trump dan Kim di Vietnam pada 2019 yang gagal dalam menyelesaikan masalah sanksi-sanksi yang dipimpin AS terhadap Korea Utara.

Status-Darurat-Virus-Corona-Korea-Utara-Telah-Di-Tetapkan-Kim-Jong-Un

Status Darurat Virus Corona Korea Utara Telah Di Tetapkan Kim Jong Un

infokorea – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memberlakukan status darurat maksimum selama rapat darurat politbiro setelah ditemukan pembelot yang kembali ke Korut dengan gejala virus corona.

Korea Central News Agency, KCNA, melaporkan pada Ahad, pembelot yang diduga membawa virus corona menyeberang ke Korut dari Korea Selatan secara ilegal. Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi kasus pertama virus corona yang diakui secara resmi oleh otoritas Korea Utara yang sejauh ini tidak mengkonfirmasi kasus virus corona.

Kim Jong Un menyatakan keadaan darurat dan memberlakukan lockdown di kota perbatasan Kaesong, menyebutnya sebagai “situasi kritis di mana virus ganas dapat dikatakan telah memasuki negara itu,” lapor kantor berita negara KCNA, dikutip dari Reuters, 26 Juli 2020.

Menurut KCNA, seseorang yang membelot ke Korea Selatan tiga tahun lalu kembali melintasi perbatasan kedua Korea dengan gejala Covid-19.

“Sebuah situasi darurat terjadi di Kota Kaesong di mana seorang pembelot yang pergi ke selatan (Korea Selatan) tiga tahun lalu, seseorang yang diduga telah terinfeksi virus ganas kembali pada 19 Juli setelah secara ilegal melewati garis demarkasi,” kata KCNA.

KCNA tidak spesifik menyebutkan apakah orang tersebut telah diuji, tetapi mengatakan “hasil yang tidak pasti dibuat dari beberapa pemeriksaan kesehatan dari sekresi organ pernapasan dan darah orang itu,” yang mendorong para pejabat untuk mengkarantina orang tersebut dan menyelidiki siapa pun yang pernah berkontak dengannya.

Baca Juga :Pemimpin Sekte Korea Selatan

Selama pertemuan politbiro yang diadakan pada Sabtu, Kim Jong Un juga mengatakan dia mengambil langkah awal untuk benar-benar memblokir Kaesong.

“Untuk mengatasi situasi saat ini, dia menyatakan keadaan darurat di bidang yang relevan dan mengklarifikasi tekad Komite Sentral Partai untuk beralih dari sistem anti-epidemi darurat negara ke sistem darurat maksimum dan mengeluarkan peringatan kelas atas,” kata KCNA.

Pertemuan dengan suara bulat mengadopsi keputusan “sistem darurat maksimum”, kantor berita Korea Selatan Yonhap News Agency melaporkan.

Korea Utara telah menerima ribuan alat tes virus corona dari Rusia dan negara lain, dan memberlakukan penutupan perbatasan yang ketat. Ribuan orang di Korea Utara dikarantina, tetapi pembatasan baru-baru ini dilonggarkan.

Dalam beberapa pekan terakhir, Korea Utara juga meningkatkan kampanye yang mengkritik pembelot ke Korea Selatan dengan menyebutnya sebagai “manusia menjijikan”, dan menyerukan Korea Selatan untuk menindak kelompok yang mengirim pesan propaganda dan bantuan makanan ke Korea Utara.

Kim Jong Un juga memerintahkan penyelidikan terhadap unit-unit militer di sepanjang perbatasan Korea Utara, di mana pembelot itu dicurigai menyeberang untuk menerapkan langkah-langkah yang diperlukan

Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Korea Utara Kecama Drakor Dari Selatan. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Korea Utara Kecama Drakor Dari Selatan. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

Laman Uriminzokkiri tidak menyebutkan secara spesifik judul drama dan film Korsel yang dimaksud, namun tampaknya laman tersebut merujuk serial drama televisi bertajuk Crash Landing on You serta film laga Ashfall.

“Baru-baru ini pihak berwenang Korea Selatan dan para produser film telah merilis drama dan film anti-republik yang memperdaya, dibuat-buat, absurd, dan kotor, mengerahkan segala upaya mereka membuat propaganda strategis,” sebut ulasan pada laman media Korut.Film laga Ashfall mengisahkan Gunung Paektu yang tiba-tiba meletus sehingga menyebabkan gempa bumi dahsyat di berbagai penjuru Semenanjung Korea.Film itu menceritakan, satu-satunya cara untuk menuntaskan bencana adalah dengan membenamkan bom atom di dalam Gunung Paektu sehingga letusannya menghentikan gempa bumi.

Adapun bom atom itu diperoleh dengan mencuri cadangan senjata nuklir Korut.Ashfall juga menampilkan adegan runtuhnya sebuah bangunan – yang diasumsikan sebagai gedung markas Partai Pekerja Korea di Pyongyang.Bagian akhir film memperlihatkan pemerintah Korut dan Korsel bersatu demi memastikan pembangunan kembali Semenanjung Korea.

Ide cerita ini agaknya membuat Pyongyang meradang dan sebagaimana disebut laman Uriminzokkiri, “hinaan yang tak tertahankan”.Gunung Paektu adalah gunung berapi di Korea Utara yang mendapat tempat istimewa pada budaya Korut maupun Korsel.Khusus bagi Korut, gunung itu dianggap sebagai tempat suci dan bagian dari propaganda yang mengelu-elukan keluarga Kim. Mereka disebut “keturunan Gunung Paektu”.

Propaganda Korut mengklaim mendiang pemimpin Kim Jong-il, yang meninggal dunia pada 2011, dilahirkan di dalam sebuah gubuk di gunung itu.”Disayangkan bahwa pembuat film dan program menghasilkan tayangan yang begitu menghina selain membuang integritas, martabat, dan nurani mereka sebagai seniman serta buta demi uang,” sebut artikel media Korut.Target kecaman media Korut lainnya adalah serial televisi Crash Landing on You yang menjadi tayangan populer di Korsel.

Baca Juga :KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang

Serial komedi romantis ini mengisahkan seorang perempuan kaya Korsel yang jatuh di wilayah Korut saat sedang terbang layang.Upaya penyelamatannya oleh seorang serdadu Korut menimbulkan kisah cinta dengan latar belakang perselisihan Korut-Korsel.Serial ini mendapat pujian sebagian khalayak Korsel karena diproduksi dengan riset yang baik dan menggambarkan nuansa Korea Utara—sesuatu yang bisa dicapai dengan memperkerjakan seorang pembelot Korut sebagai staf penulis dan konsultan film.

Sebagian lainnya mengkritik serial ini lantaran menggambarkan Korut seolah sebagai negara yang damai dan layak huni. Namun, penonton asal Korut mungkin punya pandangan berbeda.Korut digambarkan sebagai negara miskin yang penduduknya kerap mengalami ketiadaan pasokan listrik, sementara kaum elite menikmati hidup mewah.Tulisan editorial Uriminzokkiri mengecam mereka yang “membuat perpecahan tragis Korea sebagai sumber hiburan” sebagai “sampah manusia tanpa nurani”.

Lebih jauh, tulisan itu menyebut: “Pemerintah Korea Selatan dan rumah-rumah produksi akan menanggung akibat dari membuat dan mendistribusikan film-film dan tayangan sepert itu, yang penuh manipulasi dan fiksi yang menghina kenyataan situasi cerah di Utara.”Ini bukan pertama kalinya pemerintah dan media Korut tersinggung oleh karya fiksi.Pada 2014 lalu, Pyongyang berang dengan rumah produksi Sony Pictures yang merilis The Interview—film komedi tentang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.Sony Pictures lantas mengalami peretasan komputer. Aksi itu disebut-sebut ulah Korea Utara.

Kim Jong Un Ngamuk Kumgang Di Ledak

Kim Jong Un Ngamuk Kumgang Di Ledak

infokorea.web.id Pada artikel kali ini kami akan memberikan artikel mengenai  Kim Jong Un Ngamuk Kumgang Di Ledak. Berikut ini artikel yang memberikan ulasan dan pembahasan mengenai Kim Jong Un Ngamuk Kumgang Di Ledak

Lama tak terdengar kabarnya, Kim Jong Un kini bikin sensasi terbaru. Pemimpin tertinggi di Korea Utara ini mengeluarkan pernyataan kontroversial. Kim Jong Un ingin menghancurkan resort di Pegunungan Kumgang, salah satu destinasi wisata paling cantik di Korea Utara. Resort itu sendiri milik Korea Selatan yang dulunya diizinkan untuk dibangun di sana.Akhir pekan lalu, Kim Jong Un berkunjung ke Gunung Kumgang. Dia ingin menghancurkan resort Korea Selatan yang ada di sana. Lho memangnya kenapa?

Info Terupdate : Untuk bermain game poker kini bisa anda lakukan daftar poker online secara gratis melalui situs poker online yang sudah sangat terkenal di Indonesia yakni Pokerplay338.net yang sudah banyak member bermain didalamnya.

Presiden Korea Utara Kim Jong Un melakukan kunjungan ke kawasan wisata Gunung Kumgang pada pekan lalu. Gunung Kumgang ini merupakan kawasan wisata yang cukup populer di Korea Utara. Wisatawan yang datang di sini mayoritas dari Korea Selatan.Namun, alih-alih mendukung wisata Kumgang, Kim Jong Un justru ingin menghancurkan resort Korea Selatan yang berada di kawasan wisata tersebut. Menurut Kim, resort di Kumgang milik Korea Selatan itu tidak enak dilihat dan tidak menyenangkan sama sekali. Ia menyebut resort tersebut tidak punya karakter nasional Korea Utara sama sekali. Padahal Gunung Kumgang diperjuangkan dengan darah dan perjuangan oleh tentara Korea.

Baca Juga : Gak Lulus Maen Warnet Sampe Kaya

Gunung Kumgang adalah simbol perdamaian kedua negara. Korea Selatan sejak tahun 1998 diperbolehkan mengunjungi destinasi ini via laut, lalu pada tahun 2003 bisa masuk lewat darat.Gunung Kumgang berlokasi dekat dengan garis Demilitarized Zone (DMZ), kurang lebih 30 km jaraknya. Wisatawan asal Korea Selatan bisa berkunjung ke Kumgang karena di tempat ini jadi titik perdamaian kedua negara. Jadi wisatawan Korsel bisa masuk lewat jalur laut pada tahun 1998. Lima tahun kemudian wisatawan bisa masuk lewat jalur darat tepatnya pada tahun 2003.Tak cukup di situ, Kim Jong Un juga mengkritik kebijakan ayahnya, Kim Jong Il karena telah membiarkan Korea Selatan mendirikan bangunan hotel di Gunung Kumgang. Menjadikan Gunung Kumgang sebagai simbol hubungan baik Korut-Korsel merupakan sebuah kesalahan, setidaknya begitu menurut pandangan Kim Jong Un.

Meski begitu, wisatawan asal Korea Selatan tetep diperbolehkan berkunjung ke Kumgang. Namun nasib resort Korea Selatan belum bisa dipastikan, bisa jadi tinggal nama belaka.

1 2 3