Pemimpin Sekte Korea Selatan

Pemimpin Sekte Korea Selatan

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Pemimpin Sekte Korea Selatan. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Pemimpin Sekte Korea Selatan. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai Pemimpin Sekte Korea Selatan

Seorang pemimpin sekte agama di Korea Selatan akan diselidiki atas kematian sejumlah warga akibat virus corona di negara tersebut.Pemerintah kota Seoul meminta jaksa penuntut untuk mendakwa Lee Man-hee, pendiri Gereja Shincheonji, dan 11 orang lainnya.

Mereka dituduh menyembunyikan nama beberapa anggota gereja saat petugas berusaha melacak pasien sebelum virus corona menyebar.Korea Selatan (Korsel) tengah menangani wabah virus corona terburuk di luar China.Pemerintah Korsel telah melaporkan 3.730 kasus dan 21 kematian sejauh ini. Lebih dari setengah kasus infeksi melibatkan anggota sekte Gereja Yesus Shincheonji.Pihak berwenang mengatakan anggota Shincheonji menginfeksi satu sama lain dengan virus corona di kota Daegu bulan lalu, sebelum wabah tersebut menyebar ke seluruh negeri.

Seorang anggota senior, Kim Shin-chang, mengatakan kepada wartawan BBC Laura Bicker bahwa gereja itu “sangat menyesal karena telah membuat khawatir”.Ia mengakui bahwa beberapa anggota gereja awalnya takut mengungkapkan identitas mereka, tapi mengatakan gereja sekarang telah mengungkapkan semua informasi, termasuk semua lokasi gereja dan anggotanya.”Kami khawatir untuk mengungkapkan informasi semacam ini karena keamanan anggota kami, tetapi kami percaya saat ini yang paling penting adalah bekerja sama sepenuhnya dengan pemerintah,” ujarnya.

Pada Minggu (01/03) pemerintah Kota Seoul mengajukan pengaduan hukum kepada kejaksaan terkait 12 pemimpin Gereja Yesus Shincheonji. Mereka dituduh melakukan pembunuhan, menyebabkan kerugian dan melanggar Undang-Undang Pengendalian Penyakit Menular.Seluruh 230.000 anggota gereja telah diwawancarai. Hampir 9.000 mengatakan mereka menunjukkan gejala coronavirus.Seorang anggota perempuan sekte berusia 61 tahun yang dites positif terkena virus adalah salah satu orang yang pertama kali terinfeksi.Perempuan itu awalnya menolak dibawa ke rumah sakit untuk dites dan diketahui sempat menghadiri beberapa pertemuan gereja sebelum dinyatakan positif.

Pemimpin sekte, Lee Man-hee, mengklaim dirinya adalah Sang Juru Selamat. Ia juga telah dites untuk virus corona dan sedang menunggu hasilnya.Sementara itu gereja-gereja Katolik Roma masih ditutup, kelompok-kelompok besar Protestan membatalkan kebaktian hari Minggu, dan semua acara Buddha dibatalkan.Kemarahan atas tindakan Gereja Yesus Shincheonji dalam menangani wabah virus corona memicu sebuah petisi yang meminta sekte tersebut. Hampir 1,2 juta orang telah menandatanganinya.Penyelidikan ini dipicu oleh Walikota Seoul, Park Won-soon, yang meminta Ketua Jaksa Penuntut untuk menahan sang pemimpin sekte.

Ia memperingatkan bahwa ia akan meminta penyelidikan kriminal untuk pembunuhan karena kelalaian yang disengaja dan, pada hari Minggu malam, ia menyerahkan klaim tersebut ke kantor kejaksaan.Tetapi ini tidak berarti para pemimpin gereja akan menghadapi dakwaan pembunuhan. Ini berarti jaksa penuntut harus memeriksa kasus ini.Setelah jaksa penuntut menyelesaikan investigasi mereka, mereka akan memutuskan dakwaan apa, jika ada, yang akan diajukan terhadap sekte tersebut.Lee Man-hee, 88, mengklaim dirinya sebagai inkarnasi Yesus Kristus dan “pendeta yang dijanjikan” seperti disebut dalam Alkitab.

Baca Juga :Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

Pada tahun 1984, ia mendirikan Gereja Shincheonji, yang dalam bahasa Korea berarti “langit dan bumi baru”.Kelompok itu dianggap sebagai sekte oleh banyak orang. Pengikut Lee percaya bahwa ia akan membawa 144.000 orang ke surga bersamanya.Gereja itu mengatakan memiliki lebih dari 20.000 pengikut di luar Korea Selatan termasuk di Cina, Jepang dan wilayah Asia Tenggara.

Kelompok ini terkenal karena para pengikutnya sering berdesak-desakan selama kebaktian. Jemaat dilaporkan dilarang mengenakan kacamata, kalung, dan anting saat kebaktian.Lebih dari 85.403 kasus virus corona baru telah dikonfirmasi di lebih dari 50 negara, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).Jumlah korban di seluruh dunia telah lebih dari 2.900. Sebagian besar infeksi dan kematian terjadi di Cina.Pada hari Minggu (01/03), Australia dan Thailand juga mencatat kematian pertama mereka dari virus corona.

Seorang pria Australia berusia 78 tahun meninggal dunia setelah terinfeksi di kapal pesiar Diamond Princess di Jepang bulan lalu.Thailand, yang memiliki 42 kasus virus, mengatakan seorang pria berusia 35 tahun yang meninggal juga menderita demam berdarah.Di Paris, Museum Louvre tidak buka pada hari Minggu. Pihak museum mengatakan di Twitter bahwa ada pertemuan yang digelar tentang situasi kesehatan masyarakat ini dan “museum tidak dapat dibuka saat ini”.Prancis melarang semua pertemuan dalam ruangan yang melibatkan lebih dari 5000 orang, dalam upaya menahan penyebaran wabah virus corona.

Amerika Serikat pada hari Sabtu melaporkan kematian pertama di negara tersebut. Pihak berwenang mengatakan pasien di negara bagian Washington itu adalah seorang pria berusia 50-an tahun ang juga mengidap kondisi kesehatan lain.Iran melaporkan 385 kasus virus corona baru pada hari Minggu, sehingga totalnya menjadi 978 kasus sejauh ini. Jumlah korban tewas bertambah menjadi 54 orang.Italia – negara yang terdampak paling parah di Eropa – mengatakan akan menerapkan langkah-langkah senilai 3,6 miliar euro (Rp55 triliun) untuk menangani dampak ekonomi dari wabah ini.

Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Korea Utara Kecama Drakor Dari Selatan. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Korea Utara Kecama Drakor Dari Selatan. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai Korea Utara Kecam Drakor Dari Selatan

Laman Uriminzokkiri tidak menyebutkan secara spesifik judul drama dan film Korsel yang dimaksud, namun tampaknya laman tersebut merujuk serial drama televisi bertajuk Crash Landing on You serta film laga Ashfall.

“Baru-baru ini pihak berwenang Korea Selatan dan para produser film telah merilis drama dan film anti-republik yang memperdaya, dibuat-buat, absurd, dan kotor, mengerahkan segala upaya mereka membuat propaganda strategis,” sebut ulasan pada laman media Korut.Film laga Ashfall mengisahkan Gunung Paektu yang tiba-tiba meletus sehingga menyebabkan gempa bumi dahsyat di berbagai penjuru Semenanjung Korea.Film itu menceritakan, satu-satunya cara untuk menuntaskan bencana adalah dengan membenamkan bom atom di dalam Gunung Paektu sehingga letusannya menghentikan gempa bumi.

Adapun bom atom itu diperoleh dengan mencuri cadangan senjata nuklir Korut.Ashfall juga menampilkan adegan runtuhnya sebuah bangunan – yang diasumsikan sebagai gedung markas Partai Pekerja Korea di Pyongyang.Bagian akhir film memperlihatkan pemerintah Korut dan Korsel bersatu demi memastikan pembangunan kembali Semenanjung Korea.

Ide cerita ini agaknya membuat Pyongyang meradang dan sebagaimana disebut laman Uriminzokkiri, “hinaan yang tak tertahankan”.Gunung Paektu adalah gunung berapi di Korea Utara yang mendapat tempat istimewa pada budaya Korut maupun Korsel.Khusus bagi Korut, gunung itu dianggap sebagai tempat suci dan bagian dari propaganda yang mengelu-elukan keluarga Kim. Mereka disebut “keturunan Gunung Paektu”.

Propaganda Korut mengklaim mendiang pemimpin Kim Jong-il, yang meninggal dunia pada 2011, dilahirkan di dalam sebuah gubuk di gunung itu.”Disayangkan bahwa pembuat film dan program menghasilkan tayangan yang begitu menghina selain membuang integritas, martabat, dan nurani mereka sebagai seniman serta buta demi uang,” sebut artikel media Korut.Target kecaman media Korut lainnya adalah serial televisi Crash Landing on You yang menjadi tayangan populer di Korsel.

Baca Juga :KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang

Serial komedi romantis ini mengisahkan seorang perempuan kaya Korsel yang jatuh di wilayah Korut saat sedang terbang layang.Upaya penyelamatannya oleh seorang serdadu Korut menimbulkan kisah cinta dengan latar belakang perselisihan Korut-Korsel.Serial ini mendapat pujian sebagian khalayak Korsel karena diproduksi dengan riset yang baik dan menggambarkan nuansa Korea Utara—sesuatu yang bisa dicapai dengan memperkerjakan seorang pembelot Korut sebagai staf penulis dan konsultan film.

Sebagian lainnya mengkritik serial ini lantaran menggambarkan Korut seolah sebagai negara yang damai dan layak huni. Namun, penonton asal Korut mungkin punya pandangan berbeda.Korut digambarkan sebagai negara miskin yang penduduknya kerap mengalami ketiadaan pasokan listrik, sementara kaum elite menikmati hidup mewah.Tulisan editorial Uriminzokkiri mengecam mereka yang “membuat perpecahan tragis Korea sebagai sumber hiburan” sebagai “sampah manusia tanpa nurani”.

Lebih jauh, tulisan itu menyebut: “Pemerintah Korea Selatan dan rumah-rumah produksi akan menanggung akibat dari membuat dan mendistribusikan film-film dan tayangan sepert itu, yang penuh manipulasi dan fiksi yang menghina kenyataan situasi cerah di Utara.”Ini bukan pertama kalinya pemerintah dan media Korut tersinggung oleh karya fiksi.Pada 2014 lalu, Pyongyang berang dengan rumah produksi Sony Pictures yang merilis The Interview—film komedi tentang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.Sony Pictures lantas mengalami peretasan komputer. Aksi itu disebut-sebut ulah Korea Utara.

KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang

KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai KBRI Di Korea Tutup WNI Di Daegu Pulang

Adapun sebagian dari lebih dari 1.400 Warga Negara Indonesia, WNI, di Daegu, pusat penyebaran virus di Korea Selatan, memilih diam di rumah.Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul tutup sementara (28/02), menyusul dengan satu kasus terkonfirmasi pasien COVID-19 di Yeouido, yang diumumkan otoritas setempat (27/02), demikian Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi.”Penutupan layanan ini hanya bersifat sementara, untuk memastikan kondisi pelayanan yang kondusif sehubungan dengan merebaknya wabah virus Covid-19 yang sudah menjangkiti korban dengan radius dekat kantor pelayanan KBRI,” tutur Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.”Hal ini juga sesuai dengan kebijakan pemerintah setempat untuk mengurangi pengumpulan orang dalam jumlah besar pada satu waktu dan satu tempat”.Korea Selatan adalah negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia setelah China.Pemerintah Korea Selatan mengatakan akan berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan enyebaran virus.”Situasinya sangat suram dan karena itu deklarasi zona bencana khusus tidak cukup. Pemerintah telah mengerahkan perwira militer dan polisi dan mengaktifkan sistem dukungan nasional secara penuh, termasuk dukungan dari tenaga medis swasta,” ujar Presiden Korea Selatan Moon Jae-In.

“Kita harus mencegah penyebaran COVID-19 ke dalam dan ke luar kawasan,” tambahnya.Sementara itu, sebagian WNI yang tinggal di Daegu, pusat penyebaran virus di Korea Selatan, memilih untuk tidak keluar rumah, termasuk seorang mahasiswa S2 di Daegu, Desvinta Ayu.Ia mengatakan sejak seminggu belakangan ia hanya diam di apartemennya, kecuali jika dia harus membeli makanan di supermarket.”Kegiatannya dilakukan di rumah saja, nggak keluar. Nggak berani naik bus, naik subway, nggak mau pergi jauh-jauh,” ujarnya.Ia menambahkan sudah membeli stok makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan.Kegiatan perkuliahannya sendiri sedang libur musim dingin.

Namun, jadwal masuk kuliah para mahasiswa, yang harusnya jatuh di awal Maret, kata Desvinta, telah ditunda hingga pertengahan Maret.Yang kini dilakukannya, kata Desvinta, adalah menghabiskan waktu dengan menonton drama Korea dan berkomunikasi dengan teman-temannya via ponsel.”(Kami) sharing keadaan. Apa (teman-teman) sudah makan dan apa semua sehat? Kemudian kami saling update perkembangan di sini,” katanya.Daegu adalah kota terbesar keempat di Korea Selatan yang dilaporkan menjadi pusat penyebaran virus corona.Setidaknya 12 orang meninggal dunia sementara lebih dari 1.100 orang dilaporkan telah terinfeksi virus ini.

Di Korea Selatan sendiri, terdapat lebih dari 37.000 WNI.Seorang WNI yang bekerja di pabrik tekstil di Daegu, Yudi Santoso, mengatakan ia dan sebagian karyawan di perusahaannya, sudah diliburkan untuk dua minggu ke depan.”Mungkin permintaan (barang) dari masyarakat berkurang, jadi produksi (pabriknya) agak berkurang. Jadi diliburkan untuk sementara,” ujarnya.Sementara waktu ini, Yudi mengatakan, ia menghabiskan waktunya di rumah atau di masjid tempat biasanya WNI berkumpul.

Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi, mengatakan sejumlah pabrik di Daegu saat ini tidak beroperasi normal.”Karena supply chain-nya terganggu… Yang di Wuhan kan banyak pabrik-pabrik dari Korea, atau yang supply-nya berasal dari Korea, sehingga pabrik ada yang jalannya 50 persen, 70 persen, tidak full,” ujar Umar.Umar menjelaskan lebih lanjut, status darurat atau ‘Red Alert’ virus Corona di Korea Selatan mengharuskan suatu pabrik diliburkan jika terdapat satu karyawannya yang diduga terinfeksi virus corona.

Baca Juga :Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal

Umar mengatakan belum ada rencana dari pemerintah Korea Selatan untuk melakukan lockdown atau penutupan akses di Daegu.Sementara itu, kebijakan evakuasi, katanya, ada di tangan pemerintah pusat Korsel.”Semua skenario (evakuasi) sudah kita exercise (lakukan). Persiapan-persiapan kita jalankan terus. Namun, keputusan evakuasi ada di pemerintah pusat. Harus betul-betul dihitung apa kalau dievakuasi itu langkah paling baik, dan sebagainya,” ujarnya.Mahasiswa pasca sarjana di Daegu asal Depok, Jawa Barat, Desvinta Ayu, berpendapat evakuasi belum perlu dilakukan.

“Kami merasa baik-baik saja sampai sejauh ini. Kayaknya tidak akan sampai evakuasi karena pemerintah Korea Selatan juga sangat baik untuk mengatasi virus ini,” ujarnya.Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar mengatakan sejauh ini pemerintah Korea Selatan terlihat cepat dan sigap dalam upaya membendung penyebaran virus corona.Pemerintah Korea Selatan telah mengetahui sumber penyebaran virus itu dan berusaha membendungnya.Sekitar 68% kasus di Korea Selatan terkait dengan sebuah sekte yang disebut Shincheonji Church of Jesus, yang terletak di Daegu, seperti diberitakan Reuters.Otoritas kesehatan Korea Selatan telah berencana memeriksa kesehatan lebih dari 200.000 anggota gereja itu untuk menekan penyebaran virus.

“Sudah dikatakan bahwa dalam beberapa hari ke depan angka (orang yang terinfeksi virus corona) akan nambah karena yang diperiksa memang orang yang sudah diduga terinfeksi,” ujar Umar.Sebelumnya, kata Umar, orang-orang yang sakit hanya memeriksakan diri secara sukarela ke dokter, tapi kini pemeriksaan itu sifatnya wajib.Meski angka orang yang terinfeksi virus corona diduga akan meningkat, Umar meminta WNI di Korea Selatan untuk tidak panik.Ia mengimbau WNI untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan juga menaati arahan otoritas setempat.

WNI yang tinggal di Daegu, khususnya, diminta menghindari tempat-tempat keramaian, sebagaimana sebelumnya diimbau oleh pemerintah Korea Selatan.”(Diimbau) tidak kumpul-kumpul, di Daegu sudah sangat spesifik. Polisi di Daegu punya kewenangan untuk membubarkan (kumpulan orang),” ujarnya.KBRI sudah mendirikan ‘Satgas Waspada’ yang berkomunikasi rutin dengan WNI terkait dengan kondisi mereka, ujar Umar.Sebelumnya, KBRI telah menyumbangkan ribuan masker untuk WNI di Daegu karena kelangkaan masker di kota itu.

Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal

Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai Korea Selatan 5000an Positif 32 Meninggal

Otoritas Korea Selatan melaporkan 142 kasus baru virus corona pada Rabu (4/3), sehingga kini total kasus corona di negeri itu mencapai 5.328 kasus — terbesar di dunia selain China.Jumlah kasus baru harian tersebut menunjukkan penurunan drastis dibanding sehari sebelumnya. Sebelumnya pada Selasa (3/3) waktu setempat, Korsel melaporkan 851 kasus baru dalam sehari, yang sejauh ini merupakan angka harian tertinggi di Korsel. Bahkan Presiden Korsel Moon Jae-in pun mengumumkan perang melawan virus mematikan itu.Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea, KCDC seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (4/3/2020), melaporkan adanya empat kematian baru akibat virus corona, sehingga sejauh ini jumlah total korban meninggal tercatat 32 orang.Korsel mengalami lonjakan cepat jumlah kasus corona dalam beberapa hari ini seiring otoritas melakukan pemeriksaan terhadap lebih dari 260 ribu orang yang terkait dengan Gereja Yesus Shincheonji, kelompok agama yang kerap dituding sebagai sekte, yang kini terkait dengan lebih dari separuh kasus corona di Korsel.

Lebih dari 4 ribu kasus corona telah terkonfirmasi di kota Daegu — di mana wabah di kalangan anggota Shincheonji dimulai dengan seorang nenek berumur 61 tahun, yang mengalami gejala corona pada 10 Februari namun menghadiri empat acara kebaktian Shincheonji.Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip mengatakan, sekitar 2.300 pasien di Daegu — sebagian dengan gejala parah, lainnya dengan gejala ringan atau tidak ada gejala, tengah menunggu dibawa ke fasilitas medis.Banyak acara di negeri itu — mulai dari konser K-pop hingga acara-acara olahraga — telah dibatalkan atau ditunda karena wabah ini. Libur sekolah-sekolah dan Taman Kanak-kanak (TK) juga diperpanjang hingga tiga pekan di seluruh Korsel.

Wabah virus corona masih merajalela di wilayah Korea Selatan (Korsel). Sejauh ini lebih dari 5.700 orang terinfeksi virus corona dan sedikitnya 35 orang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 88 pasien virus corona di Korsel telah dinyatakan sembuh.Seperti dilansir CNN dan kantor berita Korsel, Yonhap News Agency, Kamis (5/3/2020), Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel (KCDC) melaporkan ada 438 kasus baru dan tiga kematian baru akibat virus corona, dalam laporan terbaru pada Kamis (5/3) pagi waktu setempat.Dari 438 kasus baru itu, sekitar 320 kasus di antaranya ada di wilayah Daegu, yang menjadi pusat penyebaran wabah virus corona di Korsel. Secara total, hingga Kamis (5/3), ada 4.326 orang yang terinfeksi virus corona di Daegu, dengan sebagian besar diyakini terkait sekte Gereja Shincheonji Yesus yang memiliki banyak pengikut.

Baca Juga :Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma

Sekitar 87 kasus baru lainnya ada di wilayah Provinsi Gyeonsang Utara, sehingga total 861 kasus terkonfirmasi di wilayah yang mengelilingi Daegu itu. Dilaporkan bahwa 90 persen dari total kasus virus corona di Korsel ada di wilayah Daegu dan Provinsi Gyeongsang Utara.Hingga Kamis (5/3) pagi waktu setempat, total ada 5.766 kasus virus corona terkonfirmasi di wilayah Korsel. Ibu kota Seoul juga tidak luput dari wabah corona, dengan sejauh ini mengonfirmasi total 103 kasus di wilayahnya.Dalam laporannya, KCDC menyebut jumlah korban meninggal akibat virus corona di Korsel bertambah menjadi 35 orang. Sebagian besar korban meninggal merupakaan warga lanjut usia yang telah memiliki penyakit lain saat dinyatakan positif virus corona.

Salah satu negara di Asia yang terkena dampak terburuk Covid-19 adalah Korea Selatan. Saat ini di Negara Ginseng tersebut semakin banyak warga yang positif Covid-19.Virus ini sangat cepat menyebar di seluruh negara. Dilaporkan oleh Today Online, pada Rabu (4/3) tercatat lebih dari 516 kasus baru virus corona di Korsel dengan jumlah keseluruhan saat ini mencapai 5.328 dan 32 kematian.”Kami membutuhkan langkah-langkah khusus di saat darurat seperti ini,” sebut Perdana Menteri Korea Selatan, Chung Sye-kyun, dalam sebuah pertemuan.Rumah sakit di daerah paling terdampak, Daegu, disebut hampir kekurangan sumber daya. Lebih dari 2,300 pasien masih menunggu untuk dirawat di rumah sakit.Presiden Korea, Moon Jae In, telah menyatakan sikap ‘perang’ terhadap virus tersebut. Memohon maaf atas kekurangan masker dan menjanjikan dukungan untuk usaha kecil yang terdampak akibat Covid-19.

Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma

Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma

infokorea.web.id Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma. Beberapa artikel yang akan kami sajikan untuk anda kali ini ,bisa sangat membantu apabila anda ingin mencari informasi yang berikaitan mengenai Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma. Dan dalam kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang membahas dan mengulas mengenai Warga Korea Selatan Lebih Takut Pada Stigma

Tapi seperti yang dikatakan Hyung Eun Kim , volume informasi yang disampaikan bisa membuat canggung — dan beberapa orang kini lebih khawatir akan stigma sosial jika mereka sakit daripada virus itu sendiri.Saat saya sedang duduk-duduk di rumah, telepon genggam saya berbunyi dengan peringatan darurat.”Seorang pria berusia 43 tahun, penduduk distrik Nowon, dinyatakan positif virus corona,” bunyi pesan itu.”Ia menghadiri kelas pelecehan seksual di tempat kerjanya di distrik Mapo. Ia tertular virus dari instruktur kelas.”

Serangkaian peringatan kemudian menceritakan riwayat perjalanan laki-laki itu, termasuk sebuah bar di area distrik hingga pukul 11:03 malam.Lansiran seperti ini muncul sepanjang hari dan setiap hari, memberi tahu Anda lokasi orang yang terinfeksi — dan waktunya. Anda juga dapat mencari informasi di situs web Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan.Tidak ada nama atau alamat yang diberikan, tetapi beberapa orang tetap bisa menghubungkan satu informasi dengan yang lain dan mengidentifikasi orangnya. Masyarakat bahkan telah menyimpulkan bahwa dua orang yang terinfeksi terlibat dalam hubungan perselingkuhan.

Dan, meskipun si pasien tidak diidentifikasi secara langsung, mereka tetap menjadi sasaran penghakiman – atau ejekan – di dunia maya.Saat Anda mencari nomor kasus pasien virus di internet, Anda akan menemukan pencarian terkait meliputi “detail pribadi”, “wajah”, “foto”, “keluarga” — atau bahkan “perselingkuhan”.Beberapa pengguna online berkomentar “Saya tidak tahu begitu banyak orang pergi ke motel cinta” — hotel yang populer bagi para pasangan.Mereka juga bercanda bahwa orang-orang berselingkuh dengan sembunyi-sembunyi sekarang.Satu peringatan baru-baru ini menyangkut seorang perempuan berusia 27 tahun yang bekerja di pabrik Samsung di Gumi. Dikatakan bahwa pada pukul 11:30 malam pada tanggal 18 Februari, ia mengunjungi pacarnya, yang pernah menghadiri pertemuan sekte keagamaan Shincheonji, sumber penularan terbesar di Korea Selatan.

Walikota Jang Se-yong kemudian mengungkapkan di Facebook bahwa nama keluarga perempuan itu adalah Cha. Penduduk Gumi yang panik berkomentar di kirimannya: “Beri tahu kami nama gedung apartemennya.””Tolong jangan menyebarkan informasi pribadi saya,” si perempuan kemudian menulis di Facebook.”Saya memohon maaf kepada keluarga dan teman-teman saya yang mungkin tersinggung, dan itu terlalu berat bagi saya secara psikologis, lebih dari (rasa sakit fisik).”Undang-undang Korea Selatan tentang pengelolaan dan berbagi informasi tentang pasien penyakit menular berubah secara signifikan setelah wabah Mers pada tahun 2015.Korea Selatan memiliki jumlah kasus Mers terbesar kedua setelah Arab Saudi. Pada saat itu, pemerintah dikritik karena menyembunyikan informasi, seperti lokasi pasien.

Setelah itu, undang-undang tersebut diamandemen untuk memperkuat penyelidikan.”Kami tahu bahwa informasi itu termasuk wilayah data pribadi yang penting,” Goh Jae-young, seorang pejabat di Pusat Pencegahan Pengendalian Penyakit Korea.”Awalnya kami mewawancarai pasien dan berusaha mengumpulkan informasi, menekankan bahwa ini mempengaruhi kesehatan dan keselamatan seluruh orang.”Kemudian untuk melengkapi area yang mungkin belum mereka ungkapkan, dan untuk memverifikasi, kami menggunakan data GPS, rekaman kamera pengintai, dan transaksi kartu kredit untuk memetakan rute mereka sehari sebelum gejala muncul.”Goh menekankan bahwa mereka tidak mengungkapkan setiap tempat yang pernah dikunjungi pasien.

Baca Juga :Korea Begitu Paranoid Terhadap Virus Corona

“Kami hanya membagikan tempat-tempat terjadi kontak dekat atau infeksi bisa menyebar — seperti tempat yang ada banyak orang, yang saat berada di sana si pasien diketahui tidak memakai topeng.”Kadang-kadang mereka juga harus mengungkapkan nama toko tertentu — yang mengakibatkan penutupan sementara dan kerugian finansial bagi si pemilik bisnis.Lebih dari 5000 kasus Covid-19 telah dikonfirmasi di Korea Selatan dan lebih dari 30 orang telah meninggal dunia karena wabah tersebut.Tetapi dengan sebagian besar kasus yang tidak mengarah ke masalah kesehatan yang serius, warga Korea Selatan sekarang sama takutnya akan stigma seperti mereka takut pada virus itu sendiri.Sekelompok peneliti di Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Seoul baru-baru ini bertanya kepada 1.000 warga Korea tentang hal yang paling membuat mereka takut:

Kemungkinan penular di sekitar mereka.Kritik dan kerugian lainnya yang mungkin mereka alami karena terinfeksi,Bahwa mereka mungkin terinfeksi virus meski tidak menunjukkan gejala
Kelompok yang dipimpin Profesor You-myoung Soon itu mendapati bahwa “kritik dan kerugian lainnya” lebih ditakuti daripada infeksi virus.Seorang pria yang tertular virus corona bersama ibu, istri, dan dua anaknya menulis sebuah kiriman panjang yang emosional di Facebook, meminta orang-orang untuk berhenti menyalahkan mereka.”Saya tidak tahu ibu saya adalah pengikut [gereja] Shincheonji,” tulisnya. Ia kemudian membela istrinya, seorang perawat, yang dikritik karena mengunjungi begitu banyak tempat selama masa inkubasinya.

Si laki-laki mengatakan pekerjaan istrinya ialah menemani orang-orang dengan disabilitas fisik ke klinik untuk janji temu, dan ia tidak tahu bahwa ia terkena virus.”Memang benar istri saya sering bepergian, tapi tolong jangan mengutuknya. Satu-satunya kesalahan ia adalah menikahi seseorang seperti saya, dan harus bekerja sambil merawat anak-anak.”Dokter memperingatkan bahwa penelusuran pasien secara online dapat menyebabkan konsekuensi yang sangat serius. Komentar jahat di dunia maya telah lama menjadi masalah di Korea Selatan, dan dalam beberapa kasus menyebabkan bunuh diri.Lee Su-young Lee, psikiater di Rumah Sakit Myongji di Goyang, Gyeonggi, mengatakan bahwa beberapa pasiennya “lebih takut disalahkan daripada mati karena virus”.”Banyak orang mengatakan kepada saya berulang kali ‘orang yang saya kenal terinfeksi karena saya,’ [atau] ‘orang tersebut dikarantina karena saya.'”Di Rumah Sakit Myongji kedua orang yang dituduh berselingkuh itu dirawat. Salah satu dari mereka diketahui memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan kurang tidur karena komentar di dunia maya.

Seiring virus menyebar cepat, sangat penting bagi publik untuk memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain.Tapi dr. Lee mengatakan masyarakat perlu tetap menyikapi informasi ini secara dewasa — jika tidak “orang yang takut dihakimi akan bersembunyi dan ini akan lebih membahayakan semua orang”.Goh dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mengatakan ini adalah pertama kalinya pemerintah memberikan begitu banyak informasi tentang setiap individu yang terkena penyakit.”Setelah virus tak menyebar lagi,” katanya, “harus ada penilaian masyarakat apakah cara ini efektif dan pantas.”