
Perubahan Standar Kecantikan Korea dari Masa ke Masa
infokorea – Standar kecantikan bukanlah konsep yang statis. Ia senantiasa berubah mengikuti arus sosial, budaya, politik, dan bahkan ekonomi suatu masyarakat. Korea Selatan sebuah negara yang kini dikenal sebagai pusat tren kecantikan dunia memiliki sejarah panjang yang menunjukkan bagaimana persepsi akan “cantik” telah mengalami transformasi dramatis dari zaman kerajaan hingga era digital.
Jika saat ini citra perempuan Korea identik dengan kulit putih mulus, rahang V-line, dan riasan natural ala K-pop idol, dulu penampilan yang dianggap cantik sangat berbeda. Artikel ini mengajak pembaca menelusuri evolusi standar kecantikan di Korea, dari masa Dinasti Joseon hingga era modern yang penuh pengaruh industri hiburan dan media sosial.
1. Masa Dinasti Joseon: Kecantikan yang Didasarkan pada Kesopanan dan Moralitas
Periode Dinasti Joseon (1392–1897) menjadi fondasi banyak nilai budaya Korea, termasuk konsep kecantikan. Pada masa ini, perempuan dianggap cantik bukan hanya dari penampilan fisik, tetapi dari nilai-nilai kebajikan yang mereka junjung tinggi.
Kulit Putih sebagai Simbol Kebangsawanan
Salah satu standar kecantikan utama saat itu adalah kulit putih pucat. Bukan semata-mata karena estetika, tetapi karena warna kulit yang terang menunjukkan status sosial tinggi. Orang yang tidak bekerja di luar rumah biasanya kelas bangsawan lebih mudah menjaga kulit tetap cerah.
Alis Lurus dan Riasan Minimalis
Riasan wajah sangat sederhana. Bedak beras digunakan untuk memutihkan wajah, sementara bibir diberi sedikit warna merah dari bahan alami. Alis dibuat lurus, karena dianggap mencerminkan ketenangan dan tata krama yang sopan.
Rambut dan Busana Sebagai Bagian dari Kecantikan
Rambut diikat rapi dalam bentuk sanggul (chignon) dan dilengkapi aksesoris tradisional seperti binyeo. Hanbok, pakaian tradisional Korea, dirancang untuk menonjolkan siluet tubuh yang anggun namun tertutup, selaras dengan nilai kesederhanaan dan keanggunan perempuan pada masa itu.
2. Masa Penjajahan Jepang dan Awal Modernisasi (1910–1945)
Ketika Jepang menjajah Korea, standar kecantikan lokal mulai terpengaruh budaya luar. Ini merupakan masa awal diperkenalkannya kosmetik modern dan gaya barat ke dalam kehidupan masyarakat Korea.
Pengaruh Barat dan Jepang di Dunia Mode dan Kosmetik
Makeup mulai dipandang sebagai cara perempuan untuk menunjukkan modernitas. Lipstik merah menjadi simbol wanita kota, dan potongan rambut bob ala Barat mulai muncul di kota-kota besar seperti Seoul.
Namun, ini juga masa di mana banyak wanita harus mengikuti standar kecantikan asing yang dipaksakan, dan mengesampingkan estetika tradisional Korea. Keinginan untuk terlihat modern justru menimbulkan dilema identitas bagi sebagian orang.
3. Era Pasca-Perang Korea dan Modernisasi Ekonomi (1950–1970-an)
Setelah Perang Korea berakhir, Korea Selatan mengalami pembangunan ekonomi besar-besaran yang turut mengubah gaya hidup masyarakatnya, termasuk dalam hal kecantikan.
Kecantikan Simpel ala Amerika
Dengan pengaruh kuat Amerika Serikat sebagai sekutu pascaperang, muncul tren kecantikan yang lebih berani: rambut bergelombang, alis tegas, dan penggunaan produk kecantikan buatan pabrik. Aktris Hollywood seperti Audrey Hepburn dan Marilyn Monroe dijadikan panutan gaya.
Namun di saat yang sama, kecantikan Korea masih mengusung nilai kesopanan. Gaun ketat atau riasan mencolok belum sepenuhnya diterima, terutama di kalangan konservatif.
4. 1980–1990-an: Bangkitnya Industri Hiburan dan Standar Baru
Masuk ke dekade 1980 dan 1990-an, Korea mulai mengenal fenomena idola pop dan aktris televisi yang turut membentuk persepsi masyarakat tentang “perempuan ideal”.
Kulit Cerah dan Hidung Mancung Menjadi Tren
Operasi plastik mulai dikenal publik. Banyak perempuan mendambakan hidung mancung dan kelopak mata ganda, mengikuti paras para selebriti. Fenomena blepharoplasty (operasi kelopak mata) menjadi sangat populer di kalangan muda.
Model Iklan dan Aktris Menentukan Tren Kecantikan
Tokoh seperti Kim Hee-sun dan Lee Young-ae menjadi ikon kecantikan era ini. Mereka tampil dengan kulit putih bersih, tubuh langsing, dan kepribadian lembut semua menjadi role model perempuan Korea.
5. Awal Abad ke-21: Lahirnya Gelombang Hallyu dan Standar Global
Tahun 2000-an menjadi titik balik besar bagi standar kecantikan Korea. Gelombang Hallyu atau Korean Wave membuat selebriti Korea dikenal di seluruh dunia. Ini menciptakan standar kecantikan baru yang menyebar cepat, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga internasional.
Wajah V-Line dan Gaya Riasan Natural
Bentuk wajah ideal berubah menjadi “V-line”, yaitu dagu runcing dengan rahang ramping. Makeup natural juga menjadi tren, ditandai dengan alis lurus, bibir gradasi, dan riasan mata ringan.
Kulit Mulus Ala “Glass Skin”
Tren skincare mendominasi. Perempuan tak lagi mengejar kulit putih pucat, melainkan kulit bening dan sehat, seperti efek kaca (glass skin). Rangkaian 10 langkah skincare menjadi gaya hidup banyak wanita Korea dan dunia.
Idol K-Pop Sebagai Tolok Ukur Estetika
Boyband dan girlband seperti Girls’ Generation, EXO, BTS, dan BLACKPINK menjadi ikon visual. Gaya rambut, riasan, hingga proporsi tubuh mereka menjadi acuan kecantikan generasi muda.
6. Standar Kecantikan Korea Kontemporer (2010–Sekarang): Diversifikasi dan Tantangan Sosial
Dalam dekade terakhir, muncul fenomena menarik di dunia kecantikan Korea. Di satu sisi, standar kecantikan masih sangat kuat; di sisi lain, ada perlawanan dari masyarakat yang mulai mempertanyakan tekanan terhadap tubuh dan wajah ideal.
Popularitas Beauty Vlogger dan Sosial Media
Dengan naiknya platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok, publik kini tidak hanya melihat kecantikan dari media massa arus utama. Beauty influencer lokal dan global turut mempopulerkan standar yang lebih inklusif, bahkan mempromosikan keunikan wajah natural.
Gerakan Anti-Beauty Pressure
Sejumlah perempuan Korea mulai melawan tuntutan kecantikan ekstrem. Muncul kampanye seperti “Escape the Corset”, di mana wanita melepaskan makeup, potongan rambut konvensional, bahkan pakaian feminin, sebagai bentuk protes terhadap ekspektasi gender dan estetika patriarkal.
Kecantikan Gender-Neutral dan Androgini
Mode dan kecantikan di Korea kini juga mulai merangkul konsep androgini. Brand kosmetik lokal menggunakan model laki-laki dan non-biner sebagai ikon produk mereka. Hal ini memperluas definisi kecantikan yang tak terbatas pada jenis kelamin.
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Standar Kecantikan di Korea
Perubahan tersebut tidak terjadi secara kebetulan. Ada beberapa faktor kuat yang berperan:
1. Globalisasi
Interaksi budaya dengan dunia luar membuat standar kecantikan Korea beradaptasi dengan preferensi internasional—dan sebaliknya. K-pop dan K-drama berperan besar dalam pertukaran ini.
2. Industri Kosmetik dan Medis
Korea dikenal sebagai pusat inovasi kosmetik dunia. Perusahaan skincare dan klinik kecantikan terus memperkenalkan teknologi baru yang mempengaruhi apa yang dianggap cantik.
3. Media dan Hiburan
Acara realitas, iklan, dan drama TV menciptakan tren visual yang dengan cepat diserap masyarakat.
4. Tekanan Sosial dan Budaya
Tingginya ekspektasi masyarakat terhadap penampilan membuat banyak orang merasa “wajib” untuk memenuhi standar tertentu agar diterima secara sosial, khususnya dalam pekerjaan dan pergaulan.
Proyeksi Masa Depan: Apakah Standar Kecantikan Korea Akan Terus Berubah?
Jika melihat pola historis, dapat dipastikan bahwa standar kecantikan Korea akan terus berubah. Namun yang menarik adalah tren menuju diversitas dan penerimaan diri.
Banyak brand mulai mengangkat model dengan berbagai warna kulit, bentuk wajah, bahkan bintik atau freckles. Kecantikan kini bergerak dari keseragaman ke keaslian, dari mengejar bentuk sempurna ke mencintai versi terbaik diri sendiri.
Dari “Putih dan Tenang” ke “Bening dan Percaya Diri”
Dari perempuan bangsawan era Joseon yang menjunjung moralitas dan keanggunan, hingga idol masa kini yang bercahaya di atas panggung dunia, standar kecantikan Korea telah menjelma mengikuti zamannya. Namun, satu hal yang tidak pernah berubah adalah bagaimana kecantikan di Korea selalu mencerminkan konteks sosial yang melingkupinya.
Perjalanan panjang ini memperlihatkan bahwa kecantikan bukan hanya milik segelintir orang. Ia bisa berarti banyak hal: kekuatan, karakter, kepercayaan diri, atau bahkan keberanian untuk tampil apa adanya.