Hal Gila Hanya Di Korea Utara

10 Fakta Gila Hanya Ada Di Korea Utara

Fakta Gila Korea Utara – Korea Utara adalah negara paling menutup diri di muka Bumi. Tak mudah untuk memasukinya, dan nyaris mustahil bagi rakyatnya untuk keluar dan membaur dengan warga dunia.

Bocoran tentang kondisi negara yang dikuasai rezim Kim Jong-un itu terutama didapat dari penuturan sejumlah pembelot, juga lewat sejumlah orang yang pernah berkunjung ke sana atau menetap — biasanya para diplomat.

Di sisi lain, meski bukan menjadi tujuan wisata populer, Korut kian membuka diri untuk dikunjungi turis, demi meraup devisa.

Tercatat ada pertambahan jumlah kunjungan. Sekitar 10 ribu orang berkunjung pada 2014 dan negeri itu membidik 2 juta kunjungan pada 2020.

Berikut ini adalah sejumlah fakta menarik tentang Korea Utara, negara yang dianggap lebih mementingkan memiliki senjata nuklir daripada peningkatan kesejahteraan rakyatnya,

1. Punya Kalender Sendiri

Menurut perhitungan kalender Masehi, saat ini adalah tahun 2017. Namun, Korea Utara memiliki perhitungan sendiri.

Menurut rezim Pyongyang, sekarang masih tahun 106. Penanggalan Korut dihitung sejak kelahiran sang pendiri negara Kim Il-sung pada 1912.

Kim Il-sung adalah ayah Kim Jong-il sekaligus kakek dari penguasa saat ini, Kim Jong-un.

Pembedaan dari kalender Gregorian yang lebih awam itu baru diterapkan pada 9 September 1997.

2. Larangan Merayakan Ulang Tahun

‘Presiden Abadi’ Kim Il-sung, meninggal pada 17 Desember. Sedangkan Dear Leader, Kim Jong-il, meninggal pada 8 Juli.

Dengan demikian, warga yang lahir pada tanggal itu kurang beruntung karena dilarang merayakan hari kelahirannya.

3. Tidak Bebas Mengakses Internet

Internet sekarang ini sudah berisi jutan domain, tapi hanya ada 28 situs web yang boleh diakses oleh warga Korea Utara.

Itupun berkisar pada situs web yang biasa saja, misalnya tentang asuransi, pendidikan, perawatan manula, berita, dan tips memasak.

Selain itu, tidak mudah masuk ke internet di rumah karena komputer bukan barang terjangkau dan harus dibeli dengan izin.

Jumlah penduduk Korea Utara sekitar 25 juta, tapi hanya beberapa ribu orang saja yang menggunakan internet di rumah.

4. Gaya Rambut Harus Meniru Kim Jong-un

Pemerintah Korut mengatur kehidupan warganya dengan ketat, bahkan sampai urusan cukur rambut.

Beberapa tahun lalu, pemerintah Korut meluncurkan kampanye patriotik melawan kejahatan rambut panjang. Dengan judul, “Mari memangkas rambut kita sesuai dengan gaya hidup sosialis”.

kunjungan ke salon diawasi ketat para polisi rahasia. Siapapun harus taat dan patuh mengikuti gaya rambut yang ditetapkan negara, 10 untuk pria, 18 untuk perempuan.

Tapi belakangan, khusus mahasiswa pria, mereka harus semirip mungkin dengan pemimpin tertinggi Kim Jong-un.

Gaya rambut Kim Jong-un — dua sisi dipangkas tipis, dengan bagian tengah lebih tebal lebih militeristik daripada ayahnya, Kim Jong-il.

5. Desa Propaganda

Tak jauh dari zona demiliterisasi, perbatasan antara Korea Utara dan Selatan, ada sebuah kota kecil yang tampak menyenangkan.

Dari jauh, kota itu punya fasilitas lengkap: sekolah, rumah sakit, dan toko-toko di antara rumah-rumah dari beton yang kokoh.

Tapi, tidak ada seorangpun yang tinggal di sana. Area yang oleh pihak Korut disebut “Desa Perdamaian” berselimut misteri.

Sejumlah laporan menduga bahwa desa itu hanya untuk pamer kepada Korea Selatan tentang betapa hebatnya kehidupan di Korea Utara.

Dunia menyebutnya “Desa Propaganda.”

6. Suporter Bola Sewaan

Mendapatkan cuti bukanlah hal yang mudah di Korea Utara, apalagi untuk keperluan liburan.

Bahkan, untuk keluar dari negara tersebut membutuhkan proses pemeriksaan yang ketat. Tak semua orang bisa bermimpi ke luar negeri.

Jadi, cukup mengherankan melihat ribuan warga Korea Utara hadir mendukung kesebelasan mereka dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Seperti diduga, ada penjelasan tertentu untuk itu.

Ada laporan bahwa para pendukung itu sebebarnya adalah orang-orang sewaan, warga China yang dibayar oleh Korea Utara agar tampil sepatriotik mungkin dalam laga Piala Dunia.

7. Tidak Semua Jalan Beraspal

Korea Utara boleh saja berbangga memiliki gelanggang olah raga terbesar sedunia dengan daya tampung 150 ribu orang.

Tapi, di sisi lain, hanya kurang dari 3 persen jalan-jalan raya di kota itu yang rata dilapis aspal.

8. Pemilu Abal-Abal

Negara yang dikenal luas berada di bawah pemerintahan totaliter ternyata rutin menggelar pemilu.

Pemilihan umum dilangsungkan setiap 5 tahun.

Bedanya, pemberi suara hanya punya satu calon untuk dipilih — dan jangan coba-coba tidak memilih. Bisa dibilang, Kim Jong-un tidak memiliki oposisi.

9. Pembuatan Film Online Korban Penculikan

Pada 2014, muncul sebuah film “The Interview”, komedi tentang upaya 2 jurnalis Amerika Serikat untuk membunuh Kim Jong-un.

Film itu tak bakal bisa masuk ke Korut. Namun, negara yang dipimpin Dinasti Kim itu ternyata memproduksi tayangannya sendiri.

Khususnya di masa pemerintahan Kim Jong-il. Sang Dear Leader dikenal sebagai penggemar film dan ia ingin membuat banyak tayangan yang berkualitas — yang menunjukan kehebatan Korut untuk propaganda.

Untuk tujuan itu, pada 1968, Kim Jong-il menculik Shin Sang-ok, seorang sutradara Korea Selatan, dan istrinya, seorang aktris bernama Chui Eun-hee.

Selama 2 tahun, sang sutradara membuat 20 film, kebanyakan isinya propaganda. Salah satunya ‘Pulgasari’, film tentang Godzilla, lengkap dengan pesan propaganda. Sementara istrinya dikurung dalam kamar besar di rumah musim panas ‘Dear Leader’.

Namun, Shin sempat ditahan di penjara pria, selama 5 tahun, dipaksa makan rumput nasi dan garam sebagai hukuman karena mencoba kabur.

Akhirnya pada tahun 1986, pasangan tersebut diizinkan ke luar negeri untuk menghadiri festival film di Wina. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk kabur. Shin dan istrinya meminta suaka ke Kedubes AS di Austria.

10. Hukuman Vonis Untuk 3 Generasi

Sistem hukum di Korea Utara menerapkan hukuman pada tiga generasi — bukan hanya mereka yang melanggar aturan.

Jika seseorang melanggar hukum dan divonis penjara, maka seluruh kerabat terkait bisa mengalami nasib serupa.

Menurut pandangan penguasa Pyongyang, jika ada orang yang melanggar hukum –terutama tahanan politik — maka seluruh keluarganya — termasuk kakek-nenek, orangtua, dan anak-anak orang itu bakal ditahan atau dikirim ke kamp kerja paksa.

Aturan ‘hukuman 3 generasi’ itu dimulai oleh Kim Il-sung pada 1950-an.