Barang “ini” Dilarang Di Korea Utara
Barang “ini” Dilarang Di Korea Utara – Korea Utara merupakan salah satu negara yang dikenal keras dan disiplin. Tak heran, banyak barang kebutuhan sehari-hari yang dilarang untuk dijual karena tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bagi warga Korea Utara yang ingin membeli barang-barang ini akan merasa kesulitan. Satu satunya cara adalah dengan pergi ke pasar gelap atau menyelundupkan barang tersebut dari China.
Barang apa saja yang dilarang dijual di Korea Utara?
Kondom
Seks merupakan salah satu bentuk hedonisme dan warga di Korea Utara dilarang untuk membicarakan ataupun merasakannya.Namun, hal itu tidak menutup warga disana melakukan hubungan intim sama sekali. Masyarakat negara itu tetap menikah dan hubungan seksual, hanya saja melakukannya dengan lebih ‘tradisional’.
Masyarakat Korea Utara dilarang menonton film porno. Inilah mengapa, kebanyakan warga Korea Utara tidak mengenal apa itu kondom.Barang ini bahkan dilarang untuk beredar di pasar. Warga hanya bisa membeli kondom di Korea Utara apabila berbelanja di pasar gelap.
Cat rambut
Negara yang dipimpin Kim Jong Un itu hanya memberlakukan gaya rambut tertentu bagi pria dan wanita. Wanita memiliki 18 gaya rambut, sementara pria ada 10 gaya yang bisa dipilih.Peraturan ketat tentang cara berpakaian dan berpenampilan ini pula yang membuat warga Korea Utara tidak memiliki hak untuk tampil secara mencolok. Barang-barang pendukung penampilan seperti cat rambut dilarang dijual dan tidak akan ditemukan di negara ini.
Minuman Bersoda
Barang sehari-hari lain yang tidak bisa dijual di negara ini adalah minuman bersoda, terutama merek Coca Cola. Tidak adanya Coca Cola yang dijual di negara ini disebabkan embargo perdagangan oleh Amerika Serikat.Apabila warga Korea Utara ingin menikmati minuman ini maka mereka harus berbelanja di super market kelas atas atau mencarinya di pasar gelap.
Pohon natal
Sejak rezim Kim berkuasa tahun 1950-an, aktivitas keagamaan benar-benar diberangus. Padahal sebelumnya, Korut adalah negara sasaran utama para misionaris Kristen.Tidak hanya kristen, seluruh aktivitas keagamaan di negara ini juga dilarang. Pemerintah Korea Utara takut bahwa dengan masuknya paham keagamaan maka bisa memberangus ideologi propaganda yang mereka tanamkan sejak lama.
Hal inilah yang menjadi penyebab tidak ditemukannya pohon natal di Korea Utara. Warga disana tidak diperkenankan merayakan hari raya keagamaan. Pelanggaran aturan keagamaan hukumannya berat. Hal kecil seperti memiliki injil misalnya, bisa membuat warga Korea Utara dipenjara untuk waktu yang lama.
Obat-obatan
Korut tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Sehingga warga disana tidak memiliki akses untuk mendapat obat-obatan pribadi yang dibutuhkan.Seluruh akses kesehatan di Korea Utara tadinya disediakan oleh pemerintah. Namun Sistem kesehatan Korea Utara menurun drastis sejak tahun 1990-an karena bencana alam, masalah ekonomi, dan menipisnya cadangan bahan bakar.
Alhasil, sistem kesehatan Korea Utara tidak lagi berjalan dengan baik. Banyak rumah sakit dan puskesmas di Korea Utara kini sangat kekurangan peralatan medis, obat-obatan, air, dan listrik.
Rokok
Media pemerintah Korea Utara sibuk melakukan kampanye anti rokok sejak 2016. Salah satu program kampanyenya dengan menayangkan seri dokumenter tentang risiko kesehatan akibat dari merokok di salah satu televisi, Korea Central TV yang ditayangkan.
Ayah Kim, Kim Jong-II dan kakenya Kim II-Sung juga merupakan perokok berat. Keduanya meninggal lantaran terkena serangan jantung. Produk rokok pun kini sangat jarang ditemui di Korea Utara. Warganya dilarang untuk menghisap rokok dimana pun.
Meski demikian, nampaknya aturan ini tidak berlaku bagi pemimpin negara Kim Jong Un. Pemimpin Tertinggi Korea Utara itu pernah tertangkap kamera tengah memegang sebatang rokok tahun lalu.Kim juga kerap terlihat merokok saat memeriksa kondisi penanaman rudal balistik, berkunjung ke konstruksi, tur ke rumah sakit dan mengikuti berbagai kompetisi olah raga serta seni. Tak ayal, banyak pihak yang menyebut kampanye anti rokok yang tengah digencarkan di Korea Utara dinilai gagal.